Mulai tanggal 01 September 2008, KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) melarang tayangan-tayangan televisi yang mengeksploitasi kebanci-bancian....Berdasarkan diskusi ”Tampilan dengan Model Kebanci-bancian di Televisi Kita” yang diadakan KPI pusat dan merujuk pada fatwa MUI ( lagi-lagi ) yang menyatakan haram kepada orang yang berperilaku kebanci-bancian maka per tanggal 01 September 2008 Komisi Penyiaran Indonesia menyatakan larangannya terhadapap tayangan ini.
Kritisisasi ada pada KPI sebagai lembaga yang dibentuk atas amanat undang-undang dan sebagai penampung aspirasi seluruh rakyat Indonesia seharusnya KPI tidak hanya memperhatikan aspirasi hanya pada satu agama atau golongan saja tapi KPI juga lebih tepat untuk berdialog dengan seluruh lapisan masyarakat dan agama sebelum menyatakan larangannya termasuk dengan golongan yang bersangkutan.
KPI sudah menunjukkan ke "impoten" nya kepada masyarakat dengan ketidak objektifan penilaian terhadap sesuatu dan KPI juga yang menurut saya menjadi salah satu dari banyak lembaga yang dibentuk oleh negara ini yang perlu dibubarkan karena tidak berfungsi dengan baik, mengingat dasar pembiayaannya juga memakai dana APBN yang notabene juga uang rakyat.
Pemerintah dan lembaga-lembaganya terlalu sibuk memproteksi moral bangsanya, padahal yang diperlukan 110 juta rakyat miskin indonesia saat ini hanyalah sedikit uang untuk makan, melihat kejadian di pasuruan dengan 21 korban wanita meninggal hanya gara-gara rebutan mengambil zakat senilai Rp. 30.000 nyawa mereka taruhannya. Sangat menyedihkan bangsa ini, yang diatas berebutan uang, jabatan dan citra politik tetapi yang bawah berebutan sesuap nasi untuk hidup.
Tayangan yang mengeksploitasi kebancian memang sudah berlebihan dan harus dibatasi karena sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, tapi pembatasan yang dilakukan jangan sampai juga mendiskiminasikan kaum ini, karena mereka juga bagian dari masyarakat yang butuh kebebasan untuk berekspresi, apalagi menganggap mereka sebagai orang-orang yang tidak normal bahkan haram, terlepas apakah itu benar atau tidaknya berdasarkan sudut agama karena itu merupakan urusan pribadi dengan Tuhan.
don't hide us, we just living our life that God given to us
13 komentar:
analisisnya tajem juga nih,he..he..opini yang membangun.
betul...lebih baik berkaca diri sendiri dulu sebelum mengkritik orang ya nggak?
i've got an idea. gimana kalo tiap banci yang tampil di tv memberikan kompensasi kebanciannya. berapa persen gitu dari honornya.
karena menurut daku kebancian bukan sesuatu yang harus diumbar2 tanpa malu.
jD cRitAna saTu NasIb yG sLInG mEmbElA ..^^ {onLy bANCi n juSt BeNconG~ lololo''
km bener bgt..
knp mesti ngurusin masalah ecek2, kalo sbnrnya buanyak masalah esensial yg menti dicari solusinya. liat sndiri kan, di pasuruan banyak yg berani mati demi uang 30.000 perak! mereka2 itulah yg perlu diurusi, bukan malah bikin aturan yg ga meaning
dimana2 kaum transexual, gay memang masih terpinggirkan krn dianggap 'berbeda' dan 'melenceng' dr ajaran agama.
ibarat para kulit hitam di AS yg hingga saat ini pun masih merasakan diskriminasi, kaum transexual ke depannya harus punya kelompok kepentingan (interest group) yg menyuarakan keinginan mereka dan berjuang menumbangkan perlakukan diskriminatif(anggotanya selain para kaum trans juga masyakarat yg bersimpati pd mereka).
akan lebih baik lagi jika kaum transexual masuk ke lingkungan politik, spt menjadi anggota DPR agar dapat menyuarakan hak2 mereka kpd pemerintah
itu yg dilakukan di beberapa negara barat. spt di Canada, kaum transexual dan gay sudah jadi sebuah komunitas yg diakui negara. bahkan transexual dan gay masuk di jajaran pemerintahan dan suaranya dianggap penting pada saat pemilu. setiap tahun, parade gay di sana dihadiri oleh para walikota dan anggota parlemen.
di AS pun butuh waktu lama hingga pernikahan antar gay bisa diakui. itu pun hanya di California State, sedangkan negara bagian yg lain masih menolak.
di indonesia perjuangan kaum transexual mungkin akan lebih berat. hal ini menyangkut budaya dan ajaran agama yg begitu kuat melekat pd bangsa ini. dibutuhkan hati/pemikiran terbuka utk menerima sebuah perbedaan...dan kadang utk membukakan mata, hati masyarakat dan pemerintah, kaum tertindas perlu bangkit melawan...tentu dg cara yang elegan dan melalui jalur intelektual (jangan kayak FPI ya...he3x)
seperti yg dilantukan bob marley: get up, stand up for your right, don't give up the fight
nice artikel....
saya salut dengan pemikirannya :)
bagus dah di ilangin acara2 yg ada banci2nya..sekalian aja tuh tutup taman lawang...tapi tar lo gag bisa kesana lagi ehehehehehe
hehehe...kamu kayak ngga tau aja.semua peraturan dan larangan yang dibuat kan supaya mereka keliatan ada kerjaan,hihihi
Tajem juga ne pemikirannya, negara kita ini emng bnyak aturannya tp anehnya aturannya di bikin bwat d langgar...
yup tentu saja.. dulu tahun 90-an scorpions pernah teriak, "we live under the same sun"
saran yang bagus. mudah mudahan suara anda di dengar oleh mereka
yup!!
setuju tuh, karena itu urusan pribadi dengan Tuhan :)
opini yg keren
Posting Komentar