" tuh... orang itu gitu deh jadinya, makanya klo gede jangan gaul yang macem-macem! " sayup kudengar seorang ibu menasehati anaknya. Bagaimana bisa seorang anak sekecil itu bisa memahami permasalahan seperti ini.
Hari ini kurasa panas sekali, sinar matahari seolah ingin sekali membakar kulitku yang rapuh, kulitku kini tak sekuat seperti dulu ia melindungi tubuhku. Akhirnya aku tiba disuatu tempat yang bagiku seperti sebuah ruangan pengadilan, karena disinilah keputusan akhir dimana kehidupan cintaku akan berakhir.
Aku duduk dibagian samping ruangan itu, tepat disebelah dinding dari kaca yang membatasi ruangan ini dengan udara di luar yang panas dan berpolusi dan aku bisa membebaskan pandanganku pada bagian luar ruangan ini, ruangan ini dipenuhi dengan banyak orang, mereka bersosialisasi dengan kerabat dan keluarga dengan sangat hangat sambil menyantap hidangan yang nikmat, kehangatan yang pernah aku rasakan dengan keluarga, teman dan bahkan gadisku, namun sekarang tidak ada lagi kehangatan seperti itu, makanan yang nikmat pun menjadi tawar rasa di mulutku.
Kuarahkan pandanganku keluar dinding kaca itu, kulihat sesosok tubuh yang kukenal baik bejalan mendekati ruangan ini, ya... dialah seorang gadis penghuni hatiku. Tak tahu mengapa kali ini dia kelihatan lebih cantik dari biasanya, wajahnya berseri bagai seri matahari pagi.
" Halo ganteng !!! " teriaknya itu sambil tangannya mencolek muka ku, begitulah kebiasaannya ketika berjumpa denganku, kebiasaan yang sebentar lagi tak akan bisa aku rasakan baik dengannya maupun dengan wanita lain.
" Tumben ketemuan siang-siang gini? kangen yah !" Senyum terlepas indah dibibirnya, membuat aku tak tega sedikitpun untuk melakukan sesuatu yang menghapus senyum itu dari bibirnya. " Aku pengen kita bicara serius! " bicaraku kaku, " asyik!... pasti kamu pengen melamarku atau langsung menikah aj!" canda nya sambil tertawa lepas, dia memang gadis yang ceria dan aku semakin tak sanggup memadamkan api keceriannya.
" aku mau hubungan kita berakhir sampai disini saja " sesaat bibirku kaku berucap. Kulihat matanya nanar menatapku, keceriannya berganti menjadi kekakuan.
"tapi kenapa?"
"apa yang salah?"
"aku tak mengerti, ada apa ini!" jawabnya emosi.
"aku tak mau kamu menghabiskan waktu dengan orang yang salah sepertiku, aku tak mau kamu dan anak kita kelak hidup sepertiku!" sahutku sambil pergi melangkah meninggalkannya.
Aku pergi meninggalkan gadisku, aku telah menghapus keceriaanya dan menggantikannya dengan isak tangis, orang seperti apa aku ini! gadisku begitu mencintaiku tapi aku telah tega menyakiti hatinya. Aku telah mematahkan hatinya tanpa penjelasan apapun baginya... Apa yang bisa aku jelaskan padanya? Tak ada!... bukannya orang-orang seperti aku tak layak untuk cinta dan kasih sayang seorang manusia, bahkan aku pun tak punya tempat dalam tempat dimana kaki ku sekarang berpijak.
Dan mereka, manusia-manusia itu, manusia penjilat tak tahu malu, bermuka dua atau apalah sebutannya... selalu punya dua sisi dalam kehidupannya, didepan bersimpati tetapi jika berkesempatan mereka berhujat dibelakang, who are they to judge us... berbicara bak dewa.
Tapi sudahlah... aku terima semua yang dibuatkan oleh penciptaku, tak ada kata menyesal dan sedih walapun aku dan virus itu telah menyatu...